Lahan
kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang air pada sebagian
besar waktu dalam setahun. Lahan kering merupakan salah satu ekosistem
sumberdaya lahan yang mempunyai potensi besar untuk pengembangan pertanian,
baik tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Mengingat potensinya yang
besar, maka pengembangan lahan kering perlu didorong dan ditingkatkan.
Mengembangkan pertanian lahan kering merupakan pilihan strategis dalam
menghadapi tantangan peningkatan produksi pertanian untuk mendukung program
ketahanan pangan nasional.
Tim
pengkajian dari BPTP NTB bersama Konsorsium Pengembangan Lahan Kering Pusat dan
SKPD terkait di Provinsi NTB telah melakukan pengkajian sistem pertanian
terpadu lahan kering iklim kering di Desa Puncak Jeringo Kecamatan Suela
Kabupaten Lombok Timur sejak tahun 2011 sampai 2013. Kegiatan tersebut akan
dikembangkan di salah satu lokasi Kawasan Unggulan NTB di Kuang Bira, Desa
Motong, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan
tersebut maka telah dilakukan sosialisasi dan koordinasi dengan SKPD terkait di
Kantor BAPPEDA Kabupaten Sumbawa pada tanggal 30 Januari 2013.
Sebelum
pertemuan dilakukan, tim telah melakukan kunjungan lapang ke lokasi
pengembangan SPT-LKIK di Blok Kuang Bira, Desa Motong Kecamatan Utan Kabupaten
Sumbawa.
Pertemuan
dengan kelompok tani
Pertemuan
dilaksanakan di lahan petani dihadiri oleh ketua dan anggota dari 3 kelompok
tani (Kuang Bira I, II dan III) dan 2 penyuluh (Surono, SP dan L. Rahmat
Hidayat, SP) dari Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K)
Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa. Tujuan pertemuan di tingkat kelompok tani
adalah untuk menggali informasi awal tentang potensi dan permasalahan
sumberdaya lahan dan air, ternak dan budidaya pertanian serta kelembagaan.
Jumlah
anggota kelompok tani sebanyak 65 orang terdiri atas kuang bira I:21 orang, II:
22 orang dan III: 22 orang. Pemilikan lahan untuk ketiga kelompok tani tersebut
seluas 131 ha yang terdiri dari lahan kering dan lahan sawah. Komoditas
pertanian yang biasa diusahakan meliputi jagung (76 ha), padi gogo (2 ha),
sayuran (1,5 ha) dan sisanya dipergunakan sebagai padang penggembalaan ternak
sapi. Sebagian besar pola tanam adalah padi gogo lokal-bero dan jagung-bero.
Varitas jagung yang dibudidayakan oleh petani adalah varitas hibrida (Pioneer,
Bisi, NK dll), dengan produktifitas sekitar 7-9 ton/ha pipilan basah. Sayuran
yang umumnya di budidayakan oleh petani adalah kacang panjang, mentimun dan
cabe merah. Sapi bantuan dari Dinas Peternakan Provinsi NTB sejumlah 130 ekor
melalui program Bumi Sejuta Sapi (BSS). Selain itu masyarakat telah memiliki
sapi secara perorangan sekitar 3-4 ekor per KK.
Sebagian
besar lahan yang dimiliki oleh ketiga kelompok tani mempunyai topografi datar
sampai berombak dengan lereng.
Berdasarkan
informasi dari petani bahwa sumber air berasal dari Sungai Brang Ana yang
berjarak sekitar 10 km dari lahan petani. Untuk saat ini, telah ada jaringan
irigasi dengan pipanisasi (D=6 inch) bantuan dari Dinas PU Provinsi NTB. Air
tersebut ditampung pada bak penampung berukuran 4,5x4,5x1,7m sebanyak 5 buah
yang tersebar di lahan petani, yang diharapkan dapat mencukupi kebutuhan
usahatani non padi sawah seluas 150 ha dan ternak.
Permasalahan
yang paling mendasar yang dirasakan oleh petani adalah keterbatasan air.
Jaringan air yang ada baru sampai pada bak penampungan dan belum dapat
dialirkan ke lahan petani. Untuk sementara air baru digunakan untuk minum sapi
milik beberapa anggota kelompok yang lahannya dekat dengan bak penampungan.
Jalan
usahatani menuju lokasi kondisinya rusak berat dan 2 jembatan terputus sehingga
aksesibilitas kurang lancar dan hanya bisa dilalui menggunakan kendaraan roda
2. Petani belum mengenal sistem budidaya yang lebih maju seperti sistem relay
planting sehingga IP masih 100. Petani belum mengenal varitas padi gogo yang
produktivitasnya lebih tinggi dan hanya mengenal jagung hibrida sedangkan
jagung komposit belum dikenal.
Pemupukan
yang dilakukan petani sangat tinggi (melebihi rekomendasi) yaitu urea 300-400
kg/ha, sedangkan rekomendasi urea umumnya 250 kg/ha. Hal ini berdampak terhadap
kuota pupuk untuk seluruh lahan menjadi tidak cukup. Ketersediaan pakan sapi
pada musim hujan masih mencukupi, sedangkan pada musim kemarau terbatas dan
sering terjadi kekurangan pakan dan berakibat terhadap penurunan bobot badan
dan kematian anak yang tinggi. Kasus penyakit yang umum terjadi adalah penyakit
mata akibat serangan cacing. Pemanfaatan dan pengolahan limbah ternak belum
dilakukan.
Sebelum
pertemuan dimulai, tim Litbang Pertanian menjelaskan maksud dan tujuan
kunjungan kepada Sekretaris BAPPEDA. Setelah itu dilakukan sosialisasi
presentasi kegiatan Pengembangan SPT-LKIK dan pengenalan mangga garifta.
Pertemuan
dilaksanakan di kantor BAPPEDA Kabupaten Sumbawa yang dihadiri oleh: Bapeluh
Kabupaten Sumbawa (2 orang), Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (1
orang), Dinas Peternakan (1 orang), Dinas PU (2 orang), Dinas Kehutanan dan
Perkebunan (1 orang), BAPPEDA Kabupaten Sumbawa (5 orang), Tim Badan Litbang
Pertanian (8 orang).
Respon
Pemda Kabupaten Sumbawa sangat baik dan mereka akan mendukung kegiatan SPT-LKIK
meskipun anggaran untuk tahun 2013 telah ditetapkan dan mereka berharap dapat
mengusulkan anggaran melalui dana tugas pembantuan (TP) dan APBD Perubahan. Mereka
mengharapkan adanya grand design SPT-LKIK untuk menentukan kontribusi dari
masing-masing SKPD terkait. SKPD mengharapkan pelatihan teknologi inovatif Badan
Litbang Pertanian untuk para penyuluh dan petani.
Dinas
PU akan membantu mengalokasikan sarana dan prasarana jaringan irigasi sesuai dengan
design tim Badan Litbang. Dinas Pertanian akan segera mengajukan proposal
bantuan bibit mangga garifta ke Ditjen Hortikultura, (yang bibitnya diproduksi
oleh Badan Litbang Pertanian). Akan dilakukan kunjungan lapang bersama ke
lokasi dari SKPD terkait dengan Tim Badan Litbang Pertanian. Dinas Pertanian
Kabupaten Sumbawa akan menindaklanjuti peluang penanaman mangga garifta di
lokasi terasebut minimal seluas 10 ha.
Rencana
Tindak Lanjut :
- Perlu dilakukan koordinasi internal Badan Litbang Pertanian untuk meyusun grand design dan kontribusi masing-masing UK-UPT.
- Alternatif teknologi dan komoditas yang akan dikembangkan
- Design optimalisasi sistem irigasi dan lahan
- Komoditas Tanaman Pangan dan hortikultura (jagung, padi gogo, kacang hijau, sayuran, mangga garifta),
- Komoditas Ternak Sapi (bank pakan dan pengolahan limbah ternak, intensifikasi kawin alam, introduksi rumput padang penggembalaan)
- Workshop pemantapan kegiatan SPT-LKIK.
NIM : 13627
Sumber : http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=790:kegiatan-sistem-pertanian-terpadu-lahan-kering-iklim-kering-spt-lkik-di-kabupaten-sumbawa-provinsi-ntb&catid=53:artikel&Itemid=49
1 komentar:
Wahyu Aziz Nugroho
14/364366/PN/13604
Nilai Penyuluhan :
1. Sumber teknologi atau ide: Pemanfaatan lahan kering
2. Sasaran :
a. Langsung : Anggota 3 kelompok tani(Kuang Bira I,II,dan III)
b. Tidak Langsung : stake holder terkait mulai dari DPRD Kabupaten Sumbawa, BPTP NTB, Dinas Peternakan Provinsi NTB, Badan Litbang Pertanian, dan Dinas PU.
3. Manfaat : Pemberdayaan melalui pemanfaatan lahan kering akan meningkatkan produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani
4. Nilai Pendidikan : Petani memiliki wawasan baru mengenai pemanfaatan lahan kering serta komoditas apa saja yang dapat mereka kembangkan. Masyarakat mengetahui mekanisme bank pakan dan pengolahan limbah ternak, intensifikasi kawin alam, introduksi rumput padang penggembalaan.
Nilai Berita :
1. Timeline : Berita ini baru karena teknologi atau idenya akan dikembangkan baru akan dikembangkan di kabupaten Sumbawa.
2. Proximity : Berita ini dekat dengan petani karena petani akan diberikan bantuan berupa suntikan dana untuk pemanfaatan lahan kering. Dilakukannya sosialisasi di 3 kelompok tani menunjukkan nilai proximity benar-benar tampak.
3. Importance : Berita ini dibutuhkan petani karena selama ini petani lokal belum bisa bertani secara baik dan benar. Selain itu sosialisasi mengenai pemanfaatan lahan kering dirasa amat dibutuhkan oleh petani lokal di Sumbawa
4. Policy : Pengucuran dana dari beberapa instansi seperti Dinas PU hingga Badan Litbang Pertanian.
5. Prominance : Berita ini melibatkan orang-orang dari berbagai instansi penting di bidang pertanian hingga DPRD di Sumbawa, sehinggga menarik untuk dibaca.
6. Consequence : Tindakan atau kebijakan yang termuat dalam berita ini menyenangkan petani karena berita ini memuat jawaban akan berbagai macam permasalahan pertanian di Kabupaten Sumbawa, seperti permasalahan air hingga banyaknya lahan kering yang belum dimanfaatkan.
7. Disaster and Crime : Langkanya sumber daya air.
8. Human Interest : Berita ini memuat ironisnya petani di Sumbawa mulai dari langkanya sumber daya air, hingga minimnya pengetahuan petani disana dalam memanfaatkan dan mengelola lahan.
Posting Komentar